Sabtu, 14 Februari 2009

Cerpenku : Mencari Jeck

MENCARI JECK


Setiap masuk bulan Ramadan, entah kenapa aku selalu teringat Jeck, teman lama yang sudah kuanggap saudara sendiri. Setiap menjelang bulan Ramadan atau setelah satu minggu ibadah puasa berjalan, Jeck suka datang ke rumahku membawa dua buah botol sirup, “Untuk buka puasa,” katanya. Tapi, baru beberapa ucap, ia pergi begitu saja tanpa kutahu kemana perginya. Sampai satu ketika Laras, istrinya, memintaku untuk mencarikan Jeck, atau mencari tahu dimana keberadaan Jeck saat itu. “Kalau sempat berjumpa, sampaikan pesanku untuk cepat pulang,” pesan Laras waktu itu. Tapi ketika kucoba untuk membantu mencarikannya, sulitnya bukan main. Di tempat biasanya nongkrong, tak kutemukan Jeck.
Dulu mencari Jeck mudah, semudah membalikan tangan. Tapi sekarang, sulitnya bukan main. Sudah kucari ke beberapa tempat tapi tak kutemukan Jeck. Entah dimana dia sekarang. Jeck adalah teman baikku sejak kami satu sanggar dimana kami suka latihan teater dan baca puisi bersama. Bakat Jeck cenderung menonjol sebagai penyair ketimbang pemain teater. Maka Jeck konsisten pada jalurnya yaitu menulis terutama yang nyastra ketimbang aksi panggungnya. Banyak pengamat mengatakan bahwa Jeck bakal jadi sastrawan besar. Sebab idealismenya kuat terhadap sastra. Ditopang oleh gaya prosanya yang unik dan memukau. Esai-esainya cukup berbobot serta puisi-puisinya memikat dan kuat.
Tapi dimana dia sekarang?



Mencari Jeck dulu mudah. Jika ada acara pembacaan puisi di Taman Ismail Marzuki, Jeck pasti ada di situ. duduk di lantai, menyimak dengan serius. Tidak baca puisi, ya jadi penonton pembacaan puisi. Dengan mata memerah serta wajah pucat karena kurang tidur. Memang, Jeck kurang bisa menjaga kesehatannya. Mungkin itu akibat banyak jalan, tidak kakinya, ya otaknya.
“Laras, ini duniaku. Kau harus tahu itu. Harus ngerti, harus memahami. Jika kau perahu, aku adalah arus sungai. Tentunya kau selalu ada di pundakku ke manapun aku bergerak!” kata Jeck puitis kepada istrinya sewaktu aku menginap di rumah kontrakannya sepulang menyaksikan Jeck baca puisi.
Jeck tak bisa dikendalikan orang. Istrinya sendiripun tak berkutik. Laras menginginkan Jeck kerja yang lain, yang tetap. Bekerja jadi pegawai atau karyawan apa saja yang penting setiap bulan ada yang diharap dan itu pasti. Jeck tak mengubrisnya. Menanggapi sedikitpun tidak. Jeck tetap setia pada dunianya, yaitu seni.
“Apa cukup kau menghidupi anak istrimu hanya dengan honor tulisan yang tidak menentu itu, Jeck?” kataku padanya suatu hari. Jeck tak menyahut, Jeck tak peduli.
Mencari Jeck dulu mudah, semudah pula menemukan debu di ujung sepatu. tapi sekarang, mencari Jeck sama halnya dengan mencari jarum di lapangan sepakbola.
“Di luar kemanusiaanku, orang boleh jadi apa saja. Kau, atau siapapun. Dan aku jadi penyair adalah kodrat. Tak boleh dibantah. Dunia tidak hanya membutuhkan sandangpangan, politik, perang dan sebagainya. Tapi dunia pun butuh penyair, butuh puisi. Meski puisi itu sendiri tidak memerlukan dunia karena puisi sudah memiliki dunianya sendiri,” kata Jeck sepulang menyaksikan pementasan teater di TIM, setahun yang lalu. Aku selalu ingat kata-katanya itu sehingga aku jadi kangan padanya. Dan kini sudah dua ramadhan aku tak bertemu dirinya lagi. Terus terang, aku rindu berbincang tentang seni dengannya. Terutama sastra. Ya, bagaimana aku bisa melupakan dirinya kalau di saku celana jeans belelnya selalu ada secarik kertas yang penuh coretan tangan menguraikan bait-bait puisi. Ah, Jeck… di mana kau sekarang?
Teman-teman yang dulu satu sanggar tak tahu dimana Jeck sekarang berada. apakah Jeck sudah berganti profesi jadi pelukis karena bakatnya ada juga di sektor itu. Lalu dia menawarkan jasa lukisnya di trotoar? Atau bergabung dengan rekan pelukis lainnya di pasar seni? Akan tetapi, kenihilanlah yang kudapatkan setelah tak kutemukan Jeck di tempat itu.
“Pulang ke kampung ibunya barangkali, jadi petani!” kata Hendy, seorang pelukis senior.
“Bisa jadi. Bukankah orangtuanya kaya, siapa tahu si Jeck dikasih modal untuk jadi petani berdasi?” dukung Jajad, seorang pelukis senior lainnya.
“Apa mungkin, Jad?” sanggahku. “Sebab aku tahu sekali sifat si Jeck, dia pantang dibantu.”
“Hmm, barangkali saja si Jeck jadi TKI ke negeri jiran,” celetuk Narno seorang pengukir.
“Ya, ya ya… bisa juga! Jadi pembantu pagi hari, siang ngamen, malam menulis puisi! Pulang ke Indonesia langsung bisa bangun rumah!” timpal Jajad dimana ocehannya menyinggung perasaanku sebagai teman dekat Jeck. Aku pikir, aku tak merasa perlu lagi bertanya pada mereka tentang Jeck mengingat kekonyolan ucapannya lagi yang akan kudapat.
***

Hari itu Jakarta benar-benar dipanggang matahari. Puasa terasa berat dalam iklim seperti itu. Tapi niatlah yang menjadikan kami kuat menjalankan ibadah puasa. Aku bersama Gina, tunanganku, menyeberang jalan melalui jembatan penyeberangan dari jalan Gajah Mada menuju jalan Hayam Wuruk. Turun dari tangga penyeberangan tepat di samping halte bus. Aku tuntun Gina sambil menyetop bus kota jurusan Blok M.
Bus yang kami tumpangi dalam keadaan penuh penumpang. Tapi aku nekat mengajak Gina naik ke dalam bus itu. Para penumpang berjejal dari dalam sampai ke pintu persis ikan pepes. Padat. Aku tarik tangan Gina untuk bisa merangsek masuk ke dalam. Namun sampai di dalam aku justru khawatir terhadap Gina jika dia tak dapat tempat duduk atau tak ada orang yang mau memberi tempat duduk untuknya sebab calon istriku ini tak kuat berlama-lama berdiri di dalam bus yang padat seperti itu karena sering pusing dan mual jika menghirup aroma penumpang siang hari terutama didekat orang yang berkeringat banyak dan bau. Gina suka langsung muntah. Bisa-bisa batal puasanya, pikirku. Semalahan, jika ditemukan penumpang yang merokok di dalam bus, Gina langsung minta turun walau tujuan masih jauh. beruntung tidak berselang lama, ada seorang perempuan bangkit hendak turun. Bangku yang ditinggalkannya itu langsung saja kuserobot untuk Gina duduk. Akhirnya Gina merasa nyaman. Aku sendiri lega.
“Tutup sedikit jendelanya, Mas,” pinta Gina setelah merasakan angin kencang dan berdebu masuk mengacak-acak rambutnya. Dengan tersenyum aku melakukan perintahnya. Aku iklas melakukannya karena aku sangat sayang padanya. Wajah Gina berkeringat. Aku beri dia sapu tangan. Dia menotoli butir-butir keringat di wajahnya. Matahari terus memanggang kami di dalam bus. Tapi di dalam sesaknya penumpang, masih sempat saja seorang pengamen naik ke dalam bus dan langsung menyelinap ke belakang supir. Supir tak berani melarang. Bisa-bisa jadi masalah dibelakang harinya. Maka dibiarkan saja pengamen itu mengambil kesempatan di dalam kesempitan. Pengamen yang memakai topi kupluk itu kemudian berbasa-basi untuk menjual suaranya. Aku menoleh ke arah Gina. Gina tersenyum. Terdengar gitar dipetik. Suara pengamen dan suara gitar yang bercampur baur dengan suara teriakan kondektur serta mesin mobil itu mulai melagu. Lagu rakyat jelata yang lagi naik daun itu mengumandang sumbang. Fals. Gina terus menotol-notol butir keringat di leher dan tengkuknya. Pengamen itu selesai menyanyi, terus membuka topi kupluk sebagai alat meminta imbalan balas jasanya. Aku terkejut. Gina melihat keterkejutanku.
“Ada apa, Mas?” tanya Gina
“Tak ada apa-apa. Tapi, bukankah itu Jeck? Ya, itu Jeck… Jeck temanku yang selama ini aku cari!”
“Jeck siapa?” potong Gina.
“Jeck, si penyair itu, Gina. Temanku dulu! Tapi kenapa dia jadi pengamen?” cetusku tak percaya. Jeck tak melihat keberadanku di dalam bus itu. Sambil sedikit menunduk, Jeck menyodorkan topi kupluknya itu ke setiap penumpang. Dan ketika dia sampai dihadapanku, langsung kusapa.
“Jeck…” sapaku.
Jeck memperjelas pandangan. Jeck terkejut. Dengan tergesa dia beringsut ke belakang menuju pintu bus setelah mengenali wajahku. Aku kejar Jeck ke pintu sambil menerobos puluhan ketiak para penumpang.
:Jeck, aku Danang. Masak kau tak mengenali aku, temanmu! Eh, ke mana saja kau, penyair!” seruku sambil memegangi pundaknya. Jeck tak bisa berkutik. Jeck yang kukenal selalu tegar, selalu ceria, hari itu lesu tak bergairah bertemu denganku.
“Aku sekarang jadi pengamen, Nang…Bukan penyair lagi,” ujarnya lirih. Aku terenyuh. Suara Jeck dibebani derita yang amat berat.
“Kau tetap penyair yang kubanggakan. Makanya, aku selalu mencari kau dimanapun kau berada. Kapan kau baca puisi-puisimu lagi. Aku kangen Jeck…”
“Tidak lagi, Nang. Sekarang aku pilih mengamen. Aku butuh uang. Anak dan istriku perlu makan, perlu baju untuk Lebaran,” katanya polos. Aku merinding dibuatnya. Alhamdulillah, Jeck sudah berkumpul lagi dengan keluarganya. Gina tiba-tiba memanggil dari tempat duduknya. Dan saat aku menoleh ke arah Gina, Jeck sudah melompat ke jalan. Aku kecewa. Tak mungkin aku ikut melompat untuk ikut sejenak bersamanya demi mendengar cerita hidupnya selama tak bertemu atau tentang keberadaannya sekarang sebab suara Gina yang terus-menerus memanggilku. Sedang bus semakin jauh meninggalkannya. Ah, aku kehilangan Jeck lagi.***

AKU YANG GILA BELANJA




OK, mau ngaku sekarang. Aku memang tukang belanja. Uang belanja pasti dialihfungsikan jadi dana online shopping (dikittt). Jadi puas Pah, mendengar pengakuan ini? Puas puas puas...


Selain pengakuan di atas, mau bagi-bagi daftar toko online yang pernah aku belanjain dan kesanku belanja di situ. Yah siapa tau berguna, mungkin ada yang mau ngikutin jejakku --jadi ex Purchasing Kantoran Yang Sekarang Berubah Jadi Purhasing Rumahan Online --MONGGO...


1. tokoinge.com
Disini nih tempatnya mainan-mainan impor yang paling komplit plit plit. Aku pernah belanja 2 kali, yaitu Bright Starts Roaring Fun Playmat n satunya lagi Classic Pooh Bottle n Feeding Gift Set. CS tokoinge.com komunikatif bngt, YM-nya online terus, sms cepet dibales, jadinya nagih banget nih belanja disini. Kekurangannya cuma satu, harganya itu loh.Aku perhatikan kok harganya makin lama makin tinggi aja ya. Si playmat Bright Starts itu kan aku beli waktu Wima masih 2 bulanan, dengan harga Rp. 320.000,-. Sekarang harganya mencapai Rp. 400.000,- lebih !! Padahal Wima juga baru 6 bln sekarang. Ok I get it, it must be some kinda dollar increasing impact, right?? YEAH.


2. imachiko.multiply.com
Terus terang barang-barangnya imachiko bagus-bagus loh, pasti bunda-bunda gaul setuju. Barangnya juga cepet abis, jadi harus buru-buru booked. Mbak Olive sang owner padahal ngga pernah promo loh di guestbook (karena dia sendiri ga punya GB hehe), tapi kynya dia udah punya pasar sendiri. Aku perhatikan dia promo di belanjamania.multiply.com doang. Di APIM juga sih (tapi bukan market listing loh, dia cuma terdaftar doang). Btw aku beliin Wima romper Carter’s disini, bajunya bagusss. Bnyak yang bilang soalnya hehe. Selain itu juga Next jeans, keren banget, celananya kayak ‘years used’ gitu.


3. ghalybebeshop.multiply.com
Sama seperti imachiko, ghalybebeshop koleksinya juga bisa dibilang bagus-bagus (oh ya, kalau aku bilang bagus berarti juga dalam artian TERJANGKAU ok-- maklum udah jadi penggangguran sekarang, belanja juga pilah pilih). Barang-barangnya imported, jadi ga pasaran. Yah mungkin mommy-mommy online shopper tau, banyak toko online yang barang jualannya pakaian sisa ekspor. Bisa jadi merknya Oshkosh, Sonoma, Carters, dsb...tapi believe me, desainnya LOKAL BANGETTT... Duh kok mamanya Wima ini kedengerannya anti nasionalisme gini sih, tapi ngga maksud loh. Tapi memang benar adanya, kaos-kaos sisa ekspor ini ga jauh modelnya dari salur, atau tulisan merek doang gede-gede, tapi dengan font yang kurang nilai estetika-nya. Kasarnya sih tukang spanduk yang semalem jadi juga bisa bikin. Nahh, daripada keluar uangnya sama tapi dapet barang biasa aja, mending pilih yang bagusan dong. Setuju??? (Papanya Wima pasti setuju banget!)


4. visionkids.multiply.com
Toko online yang satu ini, lebih banyak jual mainan atau baby stuff, bukan spesialisnya baju branded. Tapi harganya bisa dibilang termurah loh. Banyak toko online yang jadi reseller dari toko ini. Jumper Carter, yang pernah aku beliin buat Wima, harganya paling murah dari SEMUA toko online lain. Trus cek n ricek barang lainnya, sama juga, yang termurah. Jadi buat mommy yang mau cari mainan, keperluan swimming, softbook, dsb—bisa nih mampir ke sini. Produknya bagus dan harga tidak mengecewakan hehe..


5. tokolucu.multiply.com
Yes, paling semangat buka toko online yang satu ini. Barang jualannya ratusan bo, kategori foto yang dipajang aja 20 lebih. Ini dia tempatnya fancy n character stuff yang paling komplit. Ga ada yang ketinggalan deh di sini, dari dompet, payung, tempat makan, jam, baju, sepatu, game, buku, frame, sampe yang aneh-aneh kayak kipas angin mini, gunting kuku, termometer, pokoknya you name it you got it deh.. Semuanya bergambar karakter favorit anak-anak. Udah niat banget nih pas ultah Wima yang pertama nanti, cari goodie bag-nya di sini. Trus tersimpan juga niat di dasar hati yang terdalam, pengen bngt jadi reseller toko ini. Punya toko fancy stuff sendiri, someday (over the rainbow..) Yah ngga papalah bermimpi, masih untung bisa bermimpi....


6. mamajualan.multiply.com
Site ini kebanyakan koleksinya untuk baby girl. Tapi ada juga Mothercare shoes untuk baby boy. Jadi aku sempet beliin Wima dua sepatu di toko online ini, satunya Mothercare n satu lagi Cherokee. Sang owner, Margaretta, ramah dan baik hati. Ada cerita khusus nih tentang toko online yang satu ini. Jadi saat itu minggu terakhir sebelum Idul Fitri. Nah, sepatu Cherokee yang aku sebut tadi, aku pikir kayaknya bagus nih kalo dipakai Wima pas Lebaran. Ukurannya juga cocok. Pas mau pesan, aku baru ingat kalau jasa kurir akan libur panjang kan, kalo ngga salah ya hari itulah hari terakhir mereka kirim. Ngga putus asa, aku sms Mbak Margaret. Dengan baik hatinya, Mbak Margaret langsung packing sepatu tersebut untuk aku, tanpa tunggu transferanku masuk dulu, karena orang Tiki sudah sampai di tempatnya, lagi last pick up before holiday! Well, she’s so nice...


7. pippybabywear.multiply.com
Toko online ini jualan baju branded, non branded, mainan, softbook, baju menyusui, yah lumayan lengkap sih. Pernah beli softbook di sini, soalnya koleksi softbook-nya lumayan banyak. Tapi koleksi baju brandednya ga terlalu bagus. Jadi mikir, apa ya penyebab baju yang dijual itu bagus atau tidak?? Pasti SELERA kan jawabannya. Sepertinya selera memilih pakaian antara aku dan pemilik toko itu TIDAK SAMA. Karena di awal albumnya si pemilik mengatakan ‘ngga tahan untuk beli baju-baju di bawah ini karena lucu-lucu dst’, padahal menurutku bajunya tidak lucu. Jadi sepertinya aku bisa berhenti menghakimi deh, karena soal selera berpakaian orang sih tidak bisa diganggu gugat (kecuali jika FASHION POLICE itu beneran ada dan bukan hanya reality show semata).


8. zaralde.com
Tidak bisa dipungkiri, Zaralde adalah toko kaos kata-kata untuk anak yang paling bagus dan inovatif. Walaupun banyak yang ngekor, tapi Zaralde tetap yang paling banyak pilihan, dan koleksi terbarunya selalu ditunggu-tunggu para mommies. Disini ada juga diaper bags, tapi tetep kaos anak adalah jualan nomor satunya. Melihat kesuksesan Zaralde pernah juga bermimpi (MIMPI terus kayaknya), pengen punya baby distro gitu. Jadi selain online juga ada offline-nya. Kaos-kaos yang dijual sekeren kaos distro ABG, dengan kata-kata lucu, gambar-gambar inovatif, trus di depan toko offline-nya juga ada yang jualan kopi dan burger dan warnet dan kebab, biar sekeluarga bisa nongkrong (sounds like BLOOP n ENDORSE n OUVAL yang di Tebet yah?? Hehehe..emang dari situ sih idenya).


9. daffa-babyshop.multiply.com
Hhmmm, standar aja sih. Tapi pernah beli Tommee Tippee Carrier Bag di sini, waktu itu ngubek-ngubek internet rata-rata barangnya kosong dan toko ini yang punya satu-satunya, udah gitu tasnya harganya lebih murah dibandingkan yang lain, ya lumayan deh. Sepertinya toko ini reseller-nya produk Tommee Tippee, lengkap sih koleksi Tommee Tippee-nya.


10. kutukutubuku.com
Yah memang kuakui selain gila belanja aku juga gila baca, jadi suka buka site ini, asal cari kabar buku yang baru rilis, eh tau-taunya malah ngeklik tombol BUY. Kacauuu.. (Tips nomor satu mengurangi belanja: hindarilah mendaftar sebagai member pada toko online. Tips nomor dua: hindarilah toko online yang ada shopping cart-nya!)


Sebenernya sih masih banyak toko lainnya yang pernah aku belanjain. Tapi kurang meninggalkan kesan aja. Nanti deh kalo ada yang seru-seru lagi dikabarin ok??

Sabtu, 07 Februari 2009

Puisiku : MATI SEPERTI PUISI

MATI SEPERTI PUISI

aku tak pernah sampai ke hulu untuk mencari
ruang isterah bagi kepenatan yang datang merejang
gelombang yang kuanggap pemandu sampanku
ternyata telah menyudutkan aku ke arah entah

ibu, rentangan cakrawala adalah kasih sayangmu
tapi mungkin kelak aku hanya tinggal sebagai
kepompong kering di dalam tabung waktu. percuma
aku berteriak jika badai lebih kuat
dari pekikanku sendiri

tak ada sesaji lagi bagi kepenatanku ini kali
tapi doamu begitu pasti memberi jalan lapang
ke arah yang teduh meski pada akhirnya
semua bendera harus aku cabut dari atas
ubun-ubunku. sehingga aku tak merasa bersalah
jika aku ingin mati seperti puisi
yang tak pernah dipahami oleh siapapun.

Jakarta, 2009

Puisiku : AKU DATANG PADAMU

AKU DATANG PADAMU

aku datang padamu
seperti ketika bayi baru lahir
tapi aku tak malu padamu
karena hanya engkau
yang bisa melihatku

inilah diriku, segumpal
daging dari zaman manusia
yang kehilangan rasa dan jiwa

wahai sang waktu
terimalah kebugilanku
jernihkan kembali mataku
agar aku dapat memilih
pakaian mana yang harus
kupakai dan sepatu mana
yang mesti kukenakan

di dunia aku terlalu buta
semua yang engkau sodorkan
kurebut tanpa seleksi lagi
kuambil begitu saja dengan
dasar aji mumpung. tapi setelah
semua melekat di tubuhku
ternyata malah menyesatkan
dan mengotori pikiranku

lepaskanlah semua atribut
yang menempel di diriku
dan ijinkan aku mengulang
kehidupan ini dari bayi lagi.

Jakarta, 2009

Puisiku : LELAKI

LELAKI

lelaki bersarung angin
berdiri di tungkai waktu
dari pori-porinya keluar
nanah api. amisnya
mengasinkan seisi danau

kini, lelaki itu ada dihadapanku
mencopot tangannya
mencopot kakinya
mencopot kelaminnya
lalu mencongkel matanya

namun ketika ia hendak
mencopot kepalanya, tiba-tiba
pikirannya berubah, “mestinya
otakku yang harus dicuci.
bukan merubah bentuk,” katanya

lalu ia berjalan hanya membawa
kepalanya yang tak berfungsi itu
namun sungguh dia merasa senang,
tuhan telah membuka tangannya
di pintu waktu.

Jakarta, 2009

Puisiku : SUARA

SUARA

suara sungai suara angin suara kertas suara daun
terdengar di atas ranjang. direkam bulan
suara hirup suara tiup suara datang suara pergi
terdengar dari dalam kereta. diserap matahari

yang demo yang tamu yang cium yang selingkuh
tumpah di jalan. ditonton anak-anak balita
yang memberi yang diberi yang membelot yang sejalan
berkumpul di warung. menjual jiwa

saling tuding saling tikam saling rajam saling pejam
dicatat dalam kota. cahaya lampu memotretnya
dari arah kuburan. pasrah didenda sabar ditampar
aroma mayat diarak bulan ke ujung-ujung malam

pasar dibakar cinta diadopsi. lidah sungsang
dipaksa bicara. rakyat kehilangan hak dibilang mati
polisi bernyanyi dibilang banci. bumi gonjang-ganjing
sepi menangis ramai dicekal. tangan-tangan menadah air

mana diri mana hati mana budi pekerti. aku di sini
engkau di situ. minta susu air laut yang diberi. ah,
tuhan dibaris awal ditinggal-tinggal. tuhan dibaris
akhir disebut-sebut. kita berlari. terus berlari!

Jakarta, 2009

Puisiku : RISAU

RISAU

inilah yang kutakutkan, batu-batu
berluncuran dari pikiranku,
menindih istana jiwa
yang baru kubangun

di sudut yang jauh
kau tertawa. memainkan mata
ke segala arah
tapi tak tahu dimana aku berada

inilah yang kutakutkan
batu-batu itu bukan lagi runcing
tapi berduri dan mengandung
panas api membakar kesepianku
di jalan berdebu

(aku ingin jadi demonstran saja
untuk hatiku sendiri) lalu membakar
bendera-bedera kasih
yang kini berkibar dipuncak kerinduanku

inilah yang kutakutkan, batu atau apa
tak bisa mencegahku
untuk membunuh siapa
setelah kekalahan ini.

Jakarta, 2009