Puisi Gita Nuari
para urban memasang tenda di bawahnya
ada manusia menjelma tikus
ada tikus menjelma srigala
pada saat berkumpul, bingunglah aku
sebab tak bisa membedakan
satu sama lainnya
di
bergelayut di pintu-pintu kehidupan
anak-anak meniup terompet kelaparan
suaranya parau di depan pintu gerbang
rumah para pengusaha dan penguasa
mereka dihiraukan. dianggapnya hanya
sebagai kebisingan semata
tapi hanya untuk mereka yang mendirikan
dan merobohkannya kembali
sedang yang jadi korban
tentu mereka yang ada di bawahnya.
Depok, 2011
LELAKIKU
lelakiku, di penghabisanku nanti
pintu-pintu akan terbuka tanpa kuminta
tak ada yang bisa kaulakukan
kecuali memilih doa
dan kembang bagi kuburku
lelakiku, aku telah melihat berbagai jalan
tapi aku tak tahu akan lewat mana
sebab ruhku sudah ada yang menuntunnya
dan aku cuma menuntun awan dan angin
masuk ke dalamnya
lelakiku, tanam tubuhku seperti menanam
palawija di lereng dunia
tabur kuburku dengan butiran doa
bukan dengan butiran airmata
sebab butir kepalsuan itu
cuma jadi kerikil nantinya.
Depok, 2011
PUKUL 10.15 PAGI
pagi menyeruak mengusung bara
di setiap tempat keberangkatan,
waktu diperdebatkan. di stasiun,
orang-orang tak lagi santai
mereka kerap bergegas hanya untuk
mencari sebatang tusuk gigi
seekor anjing melintas di depan toko. lalu
menggonggong. orang-orang panik
seorang bocah menyembunyikan mainannya
di belakang ibunya
matahari menggelepar di cakrawala
teriknya disapu oleh tukang sapu jalanan
seorang polisi memaki seekor semut
yang berenang di dalam gelas kopinya
seorang gadis berjalan di tengah rel kereta
langkahnya tak mengandung arah
matanya tak seluncur anak panah
hendak ke mana gerangan?
jangan ke
buku-buku bisa kau buat panduan
isinya tidak membuat bebal pikiran
datanglah ke mana, asal jangan
tapi jangan bawa rasa ingin bunuh diri!
Depok, 2011
LELAKI PULANG
bulan di senggamai awan
malam jadi temaram
pada bayangan dirimu
kutemukan senyummu
mengalirkan belerang
semua merugi. langit,
tak mungkin bawa pelangi
dan embun tak lagi basah
aku bawa senyummu pulang
melalui semak api
kegelapan menyedot bayanganmu
: lelaki pulang,
hatinya tak sampai
masuk ke dalam.
Depok, 2011
*dimuat di Suara Karya 18 Februari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar