Kamis, 28 Juli 2011

Tontonlah Film Sampai Ke Negeri Seberang


Akhir minggu lalu, saya berkesempatan lagi mengunjungi ibukota Kuala Lumpur, Malaysia—untuk yang ketiga kalinya. Tiket ke Kuala Lumpur kali ini dibeli saat promo Big Sale setahun sebelumnya, dengan harga tiket one way Rp. 50.000,- ditambah convenience fee saat itu yaitu Rp. 15.000,-/one way dan pajak bandara LCCT, totalnya adalah Rp. 205.000,-/nett per orang. Yah lumayan murah untuk sekedar weekend getaway. Mungkin KL tidak semenarik Singapore untuk dikunjungi saat weekend, tapi saya cukup senang bisa mengunjungi KL, karena bisa mengunjungi sahabat baik saya, Suria.

Saya dan Su. Kami kenal lewat Facebook!

Suria atau biasa dipanggil Su adalah teman yang saya kenal sejak awal tahun 2010—cukup baru. Perkenalannya pun terjadi lewat dunia maya atau tepatnya Facebook. Kami adalah sisa-sisa fans The Moffatts yang berkumpul di Facebook, mengobrol saat salah satu keluarga Moffatt mengupdate status atau mengupload foto. Akibat keseringan mengobrol, kami makin dekat dan tak disangka pertemanan di dunia maya akhirnya bisa berlanjut ke dunia nyata. Setiap kali saya mengunjungi KL, tak lupa saya menemui Su untuk hang out bareng. This is very bizzare yet cool friendship, i think.

Kebetulan di dalam negeri sedang kisruh film impor (recommended : follow @Ilham_Bintang untuk kultwit skandal film impor yang menggemparkan), dan Harry Potter 7 part 2 belum juga tayang—agenda hang out diKuala Lumpur kali ini tak lain dan tak bukan adalah nonton Harry Potter.

Landing di LCCT pukul 12.30pm, saya dan Trias langsung menumpang Sky Bus ke KL Central (biaya RM 9) dan dari KL Central naik KL Monorail untuk kemudian turun di stasiun Bukit Bintang. Hostel yang kami pilih kali ini benar-benar strategis dan sangat kami rekomendasikan, yaitu Paradiso Bed n Breakfast. Lokasinya berada tepat di seberang stasiun Bukit Bintang, di atas restoran A&W dan di sebelahnya ada McDonalds. Dan yah.. inilah penyebab kamar kami agak-agak berbau burger dan french fries, dan bikin lapar terus (LOL). Kamar kami adalah Twin Private Shared Bedroom dengan tarif RM 80 per malam. Selain strategis, tempatnya bersih, free WiFi, free breakfast (roti bakar, selai, butter, teh, kopi, orange juice)—tidak mengecewakan.

Su sudah memesankan kami tiket nonton Harry Potter sore itu jauh-jauh hari, karena kuatir sold out. Benar aja sih, semua kursi terisi penuh. Kami menonton di GSC KL Pavilion, yang suprisingly lokasinya sangat dekat dengan hostel kami. Hanya perlu menyebrang jalan lalu jalan lurus sekitar 200m, sampai deh J Tiket nonton di GCS Pavilion ini RM 14 per orang atau sekitar Rp. 40.000,-. Su bilang KL Pavilion ini mal paling luxury di KL, mungkin sejenis Grand Indonesia. Jadi bisa dibilang tiket nonton di KL masih lebih murah dibanding Jakarta, karena tiket nonton di GI, PS atau mal sejenis untuk weekend pastinya minimum Rp. 50.000,-. Yang lucu, harga tiket nonton di KL bisa berbeda loh meski diputar di bioskop yang sama. Karena bioskop memasang harga tiket yang tinggi jika film-nya bagus. Jadi film selain Harry Potter, tiketnya cukup RM 11 saja.

di Jakarta nggak pernah ambil foto norak ky gini nih :p


Sebelum nonton kita pun bernarsis ria, foto di depan poster film HP7 part 2, dengan tulisan NOW PLAYING di atasnya (ini adalah foto ternarsis yang pernah saya ambil, serius!). Di lobby bioskop, seperti biasa banyak poster film-film coming soon, antara lain Cowboys and Aliens, The Hang Over Part II, Captain America, Johnny English Reborn, Cars, Conan The Adventure, dll. Jadi sedih, ingat kalau film-film ini belum tentu bisa kita saksikan di tanah air.

Harry Potter The Deathly Hallows Part II, menampilkan penggambaran pertempuran yang luar biasa di Hogwarts, membuat cerita perjuangan Harry dkk makin hidup. Tapi, film ini juga menghilangkan dan mengubah beberapa cerita (tidak signifikan). Contohnya, masa lalu Albus Dumbledore yang berteman dengan Grindelwald yang pemberontak, hingga kisah mereka yang berselisih dan pertarungan mereka berdua menyebabkan Ariana Dumbledore yaitu adik Albus meninggal dunia, tidak ditampilkan. Selain itu menyusupnya Harry ke Hogwarts untuk mencari Horcrux, yang dimulai di menara Ravenclaw dan berhadapan dengan Alecto Carrow, diubah menjadi Harry yang datang ditemani Neville Longbottom langsung ke ruang rekreasi Gryffindor dengan aman damai sentosa. Diadem Ravenclaw, jika di dalam buku dihancurkan oleh api kutukan Fiendfyre yang dibuat Crabbe, di film digambarkan dihancurkan oleh Harry sendiri. Tapi film ini secara garis besar memuaskan kok, apalagi memang sudah ditunggu-tunggu.

Kelar nonton HP, kami bertiga makan malam di Food Republic KL Pavilion, lalu jalan-jalan sepanjang Bukit Bintang sambil hunting Vincci yang lagi sale (maklum, cewek :p), sampai lihat-lihat durian di Jalan Alor (cukup jalan kaki lho. andalkan peta atau google map).

Besoknya, petualangan nonton film di negeri orang kembali dilanjutkan. Kali ini saya dan Trias berniat menonton Hang Over Part II. Lokasi yang dipilih adalah di GSC Berjaya Times Square, yang bisa dicapai dengan KL Monorail turun di stasiun Imbi. Di Berjaya Times Square ini ada juga yang namanya Times Square Theme Park. Bedanya dengan Fun World atau semacamnya di Jakarta, indoor theme park yang ini mengharuskan kita beli tiket terusan, alias tiketnya tidak diecer per satu wahana. Agak rugi deh, secara cuma di dalam gedung dan wahananya pun tidak banyak, tapi harga tiketnya adalah RM 49 (mahal!). Mending langsung pilih outdoor theme park-nya Genting ya (paket RM 47, include bus + skyway pp, tiket outdoor themepark dan lunch buffet segala) atau mending Dufan sekalian deh! :p

Tiket nonton di GSC Berjaya Times Square ini RM 11. Lucunya, kami beli tiket di lantai 10, tapi waktu menonton film tiba, anehnya pintu masuknya tidak dibuka juga. Setelah nanya, ternyata kami disuruh ke lantai 3, karena teaternya di situ. Di Jakarta nggak ada nih bioskop yang nggak di satu lantai. Mungkin teaternya kebanyakan kali ya, sampai teaternya mencar-mencar.

The Hang Over Part II. kocak mampus. must watch!


Hang Over sendiri filmnya kocak mampus, dari awal sampai akhir sukses bikin ngakak. Di film ini Stu akhirnya berencana menikah dengan Lauren yang orang Thailand, sehingga pernikahannya pun akan dilangsungkan di Thailand. Melihat lokasi resort yang jadi tempat menikah Stu dan Lauren, sepertinya di daerah Phang Nga, karena penuh bukit-bukit di tengah laut. Dari Amrik mereka terbang bareng Teddy, adik Lauren yang berumur 16 tahun tapi sudah menjadi mahasiswa Stanford—hingga menjadi kebanggaan ayah Lauren. Perlu diketahui, ayah Lauren yang ini tidak menyukai Stu dan tidak merestui pernikahan anaknya dengan Stu. Mulailah kekonyolan terjadi, karena Alan yang agak posesif dengan persahabatan mereka berempat, tidak suka jika Teddy bergabung. Dua malam sebelum pesta pernikahan dimulai, Stu, Alan, Phil, Doug dan Teddy membuat api unggun di pantai. Mereka saling berjanji hanya minum 1 botol bir dan membakar marsmallow, karena kuatir jika minum banyak kejadian di Las Vegas akan terulang. Tapi ketika bangun di pagi hari, Phil kaget karena menemukan dirinya dan teman-temannya berada di salah satu rumah susun kumuh di Bangkok, tanpa ingat apa yang terjadi tadi malam dan apa yang mereka lakukan sehingga bisa berada di Bangkok, bukannya di resort di Phang Nga. Yang terparah adalah mereka kehilangan Teddy, dan hanya menemukan potongan jari tangannya. Mulailah petualangan mereka yang seru bin konyol di Bangkok, ditemani Chow teman Alan yang buronan polisi di seluruh dunia, monyet penjual ganja, dan biksu bisu--untuk mencari Teddy. Sumpah konyol abis. Daripada spoiler, tonton aja sendiri ya. Syukur-syukur diputer di bioskop kita. Kalau nggak, beli aja DVD bajakan. Rasa bersalahnya sama aja kok. Nonton di bioskop artinya tidak peduli akan monopoli 21 dan 3 perusahaannya yang ngemplang pajak royalti, nonton DVD pun sama rusaknya :p

Sekian dulu, berikutnya akan diposting cerita lainnya dari weekend getaway ke KL kali ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar