Senin, 09 Mei 2011

Yang Tertinggal : sudah dimuat belum dipublish


Puisi Gita Nuari


RENCANA

sudah kau semir sepatumu. tapi diluar

hujan akan melunturkan semua lapisan semu

kenapa harus ketemu jam 9 pagi? bukankah

lebih baik jam segitu ada dibalik meja kerja

merenungkan masa depan yang monoton

lalu merubahnya dengan menu kerja

yang lebih baik. lalu kita berdemo

di sepanjang kota, menyumbat perekonomian

para pelipat nasib kita?


anak-anak kita rajin mengacungkan tangan

di kelas, menuding gurunya malas tersenyum

mereka merasa kepalanya dijejali tumpukan cita-cita

sebuah masa depan yang belum jelas, bisa

terbang seperti pesawat. ah, anak-anak kita

adalah simbol kehidupan. akar rumah tangga

yang spesifik. kenapa harus kita kenakan

mereka baju perang di dalam rumah?


Depok, 2010


RUMPUT

rumput-rumput setiap hari menyimpan

jejak orang yang menginjaknya. hujan

hanya membasuh, tak bisa mengasuh

maka ketika kita butuh sinar surya,

rumput-rumput menyulapnya jadi duri

dipunggung dan dikaki kita


seseorang menulis namanya di batu

berharap ada yang mengenalinya sebagai

pejantan yang tak pernah kalah. tetapi

di dalam saku hatimu, pejantan itu, tak lebih

hanya sebuah kepompong

yang tak punya ruang


Depok, 2010


TAMAN

di taman ini burung-burung bersayap besi

bunga-bunga membusuk di tong sampah

ada jejak berdarah di dalam tas, aromanya

menyebar di seantero jamban. cinta lumpuh

digerus kegelapan sepanjang tahun


ada rindu mengering di ujung jembatan

orang-orang saling bertepuk tangan

orang-orang saling mengucap salam

tapi dimatamu, lagi-lagi matahari meledak, jadi

serpihan yang mengganggu langkah menuju peradaban.


Depok, 2010


KABAR

kabarmu sekarang ada di benua biru

tiap pagi kotamu diguyur badai salju

burung-burung sangat malas berkicau

cuaca mengukung dan mengurung

kau sendiri merasa hidup dalam tempurung


dari jendela kau hanya bisa melihat

duniamu hilang warna, memutih seperti

timbunan kapas. kulitmu bersisik karena

dingin yang menggigit. ingatkan bahwa

di lembang aku juga merasakan hatimu?


indonesia negeri kita, tanah air moyang

kita. seburuk apapun negeri ini, aku akan

beranak pinak di sini. menuai kehidupan

dengan kepala tegak. merajut mimpi-mimpi

dengan cahaya keyakinan dan kepercayaan.


Depok, 2010


KAKU

diterik paling rawan, aku dingin melihatmu

membiarkanmu jadi bulan-bulanan waktu

tak ada jembatan kau langkahi, tak ada

bukit terjal kau tapaki. hidupmu layaknya

kayu yang dimakan rayap. pohon yang

meranggas dimamah cuaca. kakimu selalu

terbenam di lumpur paling kental, tanganmu

diborgol kerangkeng kehidupan. ada api

tapi kau tak membakarnya, ada arus

tapi kau tak mengayuhnya ke arah yang benar

dunia apa yang sedang kau bangun, saudaraku?


kau lihat, laut kian mengecilkan daratan!


Depok, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar